Search Article Here

0

Jakmania48

Sabtu, 19 Juli 2014
Share this Article on :
Jakmania48 : “ Ketika Bisa Berjalan
Berdampingan.. Kenapa Tidak? “

  Sepakbola dan Musik, dua objek yang tentunya berbeda, tapi dalam keadaan tertentu keduanya tidak dapat dipisahkan. Jauh sebelum komunitas ini terbentuk, Hooligans-hooligans di Eropa tahun 70-an merupakan penyuka music salah satunya aliran mod danska, bergerak ke era 80an dan 90an aliran music para Hooligans menjadi Madchester seiring naiknya The Stone Roses kala itu, bahkan korelasi antar keduanya “melahirkan” kolaborasi yang apik, yaitu soundtrack PialaDunia Meksiko 1986, “ Special Kind Hero “. Bahkan FIFA sebagai Induk Organisasi tertinggi Sepakbola di Dunia mempunyai sebuah anthem tersendiri, anda tentu pernah menyaksikan pertandingan sepakbolakan? Baik lewatTelevisi maupun langsung di stadion, sebelum pertandingan dimulai tentu akan terdengar music khas yang diiringi dengan keluarnya bendera fair play yang dibawa oleh 4 orang ball boy serta diikuti keluarnya perangkat pertandingan dan pemain tentunya, yaitulah FIFA Anthem. Di Indonesia sendiri music dan sepakbola bukan hal yang baru, Aremania sudah memperkenalkan yel-yel dukungannya untuk Arema sejak 90an, bahkan The Jakmania takmau ketinggalan dengan melahirkan lagu-lagu bentuk dukungan untuk Persija Jakarta, sampai di tahun 2010 Grup Band Netral dengan lagu Garuda Di Dadaku sukses merajai tangga lagu saat Piala AFF 2010 digelar di Jakarta. Lagu Garuda Di Dadaku sendiri merupakan lagu adaptasi dari nada dasar sebuah lagu daerah, yang lebih dahulu di populerkan The Jakmania dengan judul “Persija Di Dadaku”. Di Jakarta terdapat klub sepakbola ternama yaitu Persija Jakarta, dan ada satu idol group yang sedang naik daun di Indonesia dewasa ini yang juga bermukim di Jakarta, yaitu JKT48. Lalu apa kaitannya Persija dengan JKT48? Ya keduanya mewakili dua unsur yang saya sebutkan di atas tadi..sepakbola dan musik akan tetapi membawa satu nama yang sama yaitu “Jakarta “. Ditengah masyarakat Jakarta yang heterogen, Persija dan JKT48 ada untuk menyatukan itu semua, setidaknya bagi sebagian orang. Tengoklah ketika Persija Jakarta akan berlaga di Gelora Bung Karno, orang-orang beratribut oranye tumpah ruah membanjiri jalanan Ibukota, sedikit saja jalan dari Stadion Gelora Bung Karno tepatnya di sekitar Jalan Jendral Sudirman dekat pintu satu Gelora Bung Karno terdapat suatu mall yang berdiri kokoh disana, masuklah dan segeralah naik ke lantai 4 di mall tersebut, maka anda akan menemukan orang- orang beratribut merah dan putih dengan tulisan
yang sama di kaos mereka, “ JKT48 “. Mungkin tadinya jika orang-orang yang beratribut oranye atau yang beratribut merah dan putih itu tidak memakai atributnya masing- masing kemungkinan besar mereka tidak akan saling mengenal, itulah mengapa seperti yang saya katakan di atas tadi, jika Persija dan JKT48 bisa menyatukan orang-orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Bicara soal Supporter Persija Jakarta atau yang lebih populer dengan nama The Jakmania dan para Fans JKT48 yang “katanya” kebanyakan laki-laki di banding perempuannya, tentu ada beberapa kesamaan yang terdapat, jika The Jakmania adalah pendukung Persija yang rela menyeberangi pulau sekalipun demi mendukung Persija Jakarta, begitu pula Fans JKT48 yang selain tentunya selalu memenuhi Theater JKT48, mereka selalu berbondong-bondong mengikuti Idolanya tampil dari satu panggung ke panggung lainnya, dari satu acara ke acara lainnya. Apa sifat yang mendasar dari itu semua? Jawabannya adalah “ Cinta “, karena The Jakmania mencintai Persija dan karena Fans JKT48 mencintai JKT48 mereka rela melakukan apapun demi mendukung idolanya. Akan menarik jika dua unsur dari The Jakmania dan Fans JKT48 itu disatukan? The Jakmania yang kebetulan Fans JKT48 atau sebaliknya Fans JKT48 yang juga ternyata seorang The Jakmania? . Taufiq Ardyansyah , pemuda ini awalnya cuma iseng membentuk komunitas ini, karena saat itu JKT48 sedang booming dan Ia memang mempunyai latar belakang seorang The Jakmania, bersama rekannya Syarif mereka membentuk Jakmania48, “ Iseng sih, dulu liat The Jak serius semua terus kepikiran pengen bikin hal yang baru, kebetulan saat itu JKT48 lagi booming refleks bentuk Jakmania48, “ jelas Taufiq Ardyansyah. The Jakmania48 muncul ke permukaan dengan slogannya “ Mendukung Persija dengan cara sendiri “. Apa arti dari slogan tersebut? Ya artinya Jakmania48 mendukung dan memperkenalkan The Jakmania dengan cara mereka sendiri. Memperkenalkan Persija Jakarta kepada member JKT48 saat di Theater adalah salah satu upaya atau bentuk dukungan mereka untuk klub kebanggaannya Persija Jakarta. Lalu ketika ditanya mana yang jadi prioritas? Rafi Fauzan, salah satu anggota Jakmania48 mengatakan, “Tentunya Persija Jakarta menjadi prioritas utama, setelah itu baru JKT48. Jakmania48, angka 48 berada dibelakang kata Jakmania artinya Persija dulu baru JKT48.” Jakmania48 sendiri saat ini mempunyai anggota aktif hampir 40 orang yang tersebar dari berbagai daerah seperti Jakarta, Sukabumi, Malang, Padang, Jogjakarta, Surabaya, Semarang,
bahkan sampai ke Palangkaraya. Agar tetap menjaga silaturahmi, anggota Jakmania48 pun sering berhubungan lewat media sosial, jadi jarak pun tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk masih saling bertukar informasi atau bahkan untuk sekedar menanyakan kabar. Saya sendiri merupakan fans Persija Jakarta sejak kecil dan sejak beberapa tahun terakhir ini terkena demam Idol Group, JKT48. Bergabung dengan Jakmania48 sejak setahun lalu, saya sudah sering mengikuti kegiatan bersama mereka, baik itu kegiatan Persija Jakarta seperti menonton langsung pertandingan Persija di SUGBK, mengadakan nonton bareng Persija bila sedang bermain diluar Jakarta, bahkan sempat mengikuti tour ke Malang. Untuk kegiatan JKT48 tidak jarang kami menonton theater bersama atau datang ke event mereka seperti event handshake misalnya. Komunitas ini terbuka bagi siapapun yang merasa The Jakmania yang kebetulan juga mengidolakan JKT48, mereka bahkan sudah mempunyai akun twitter @Jakmania48 agar bisa lebih dikenal dan mempermudah interaksi mereka dengan anggotanya. Mencintai dua hal yang berbeda menjadi hal yang sangat mungkin bagi mereka, ketika sepakbola dan musik bisa berjalan beriringan ( saling mengisi ). Ketika Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral bisa berdampingan, bahkan ketika Gelora Bung Karno yang merupakan kandang Persija Jakarta bisa berdampingan dengan Theater JKT48 yang terdapat di salah satu mall yang letaknya persis di samping Gelora Bung Karno, maka tentunya Persija Jakarta dan JKT48 pun bisa saling berdampingan mengisi hati para anggota Jakmania48. Iya “Ketika bisa berjalan berdampingan kenapa Tidak? "


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Flaming Pointer